Serisin atau Protein Perekat Dari Ulat Sutra Bisa Cegah Penuaan Dini dan Anti Kerut

Selasa 13 Mar 2018, 10:30 WIB

JAKARTA – Kalangan wanita takut sekali menjadi tua dan menemukan kerutan diwajah. Sehingga banyak yang melakukan berbagai cara untuk mencegahnya. Mulai dari operasi, tanam benang, memakai berbagai macam cream dan lainnya. Untuk membantu kebutuhan  wanita dalam mengatasi penuaan dan kerut di wajahBalai Besar Tekstil (BBT) Bandung sudah mengembangkan riset dan penelitian memanfaatkan protein perekat dari ulat sutra atau serisin sebagai bahan aktif untuk mendukung sektor industri farmasi dan kosmetik.  kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara di Jakarta, Senin (12/3/2018). Ngakan menjelaskan, BBT Bandung mengembangkan riset ini , karena serisin erat kaitannya dengan proses produksi sutra. Di bidang farmasi, serisin dapat diaplikasikan sebagai penyembuh luka, pencegah tumor melalui penghambatan radiasi sinar ultraviolet, serta memiliki antioksidan dan antibakteri. “Sementara itu, di bidang kosmetik, serisin bisa dipakai sebagai anti kerut dan penuaan dini,” ungkapnya. ngakan Teks : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara Bahkan, lanjutnya, penggunaan serisin pada kulit dapat menurunkan nilai transepidermal water loss (TEWL). TEWL adalah salah satu penyebab kulit kering. “Nilai TEWL menyebabkan kadar air kulit terjaga karena tidak terjadi kehilangan air pada lapisan kulit terluar sehingga tekstur kulit menjadi lebih halus. Hal ini menyebabkan kulit lebih elastis dan tidak mudah berkerut,” papar Ngakan. Menurutnya, serisin tidak hanya didapatkan dari kokon (kepompong ulat sutra) berkualitas baik saja, namun juga dari kokon cacat. Jumlah kokon cacat yang dihasilkan bisa mencapai 8,78 persen dari total produksi kokon. Rata-rata produksi petani kokon di Indonesia sebesar 40 kg kokon per masa panen. “Jadi, yang tengah didorong BBT Bandung selaku UPT litbang di bawah BPPI, adalah peningkatan nilai tambah kokon menjadi serisin, sehingga dapat pula menyejahterakan petani kokon di Indonesia,” tuturnya. Dari hasil penelitian, kokon ulat sutra mengandung 20-30 persen serisin. “Jika saja petani kokon Indonesia mampu mengekstraksi 10 persen serisin grade murni dari bobot total kokon, maka potensi penambahan income kotor petani kokon sebesar Rp60 juta setiap masa panen, dengan asumsi harga serisin yang ada di pasaran saat ini sebesar Rp15 ribu per gram,” jelas Ngakan. Besarnya potensi tersebut diharapkan dapat menggairahkan kembali kegiatan produksi persuteraan nasional. Berdasarkan data yang diterima Kemenperin, hingga saat ini, tercatat ada 200-an petani kokon di Tanah Air. Sebagian besar terkonsentrasi di Kabupaten Soppeng dan Wajo, Sulawesi Selatan, serta Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. (Tri)

Berita Terkait

News Update