Sering 'Ditolak' Suami Akhirnya Memilih Cerai

Jumat 02 Mar 2018, 06:53 WIB

KOLAK itu paling nikmat di bulan puasa. Tapi bulan puasa masih jauh, Supandi, 32, sudah merengek-rengek minta “kolak”. Padahal itu dilarang agama dan juga bisa mengganggu kesehatan. Tak tahan tuntutan suami, Ny. Winda, 29, memilih cerai saja. “Saya mau cari suami yang punya pengertian.” Kata sicalon janda. Jangan keliru, kata kolak pakai tanda petik, karena hanya sebuah kiasan. Di Solo (Jateng), kolak yang bisa isi pisang bisa isi kolang-kaling, ketika kata itu pakai tanda petik, artinya jadi lain sekali. “Kolak” di sini adalah –maaf– hubungan intim ketika istri sedang lampu merah. Jelas ini perbuatan yang dilarang agama dan medis. Supandi warga Asemrowo, Surabaya, memang belum ada setahun menikah. Bahagia sekali dia bersama istrinya, Winda, yang cantik nan seksi itu. Karena kecantikan istrinya itulah, Supandi menjadi betah di rumah. Ibarat pabrik yang baru diresmikan, giling terus demi mengejar target produksi. Namanya juga masih muda, sehingga gairah Supandi masih sangat menggebu-gebu. Dalam usia kepala tiga kata orang masih termasuk kategori “pandangan hidup”. Nanti usia 50 jadi “pegangan hidup”, dan usia 60 tahun ke atas berubah menjadi “perjuangan hidup”. Apanya yang hidup? Tebak sendiri, karena ini termasuk ilmu dalam. Sebagai keluarga baru, Winda maklum saja bila suaminya selalu minta jatah. Dalam satu minggu bisa tiga kali sesendok makan. Meski pasokan selalu terjamin, tapi kadang Supandi ini suka jorok. Masak, ketika istrinya sedang “lampu merah” masih minta jatah juga. Mustinya kan istirahahat dulu, paling-paling seminggu. Di Pakistan-Kasmir sana, gencatan senjata bisa sampai puluhan tahun. Dalam ajaran Islam, di kala istri sedang haid suami haram hukumnya mendekati. Secara ilmu medis juga tak dianjurkan, karena sangat membahayakan. Bisa-bisa terkena penyakit karenanya. Dalam Qur’an sudah dinash-kan, “…..hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. (Albakoroh 222). Awalnya Supandi bisa diberi pengertian. Tapi itu hanya sebulan dua bulan. Setelah itu, meski istri sedang lampu merah tetap saha minta jatah. “Habis kamu mens lama banget sih,” protes Supandi yang siklus haid istrinya sampai 12 hari. Dan akhirnya, meski terpaksa “kolak” tanpa pisang dan kolang-kaling itu dihidangkan juga. Terlalu sering diperlakukan begitu oleh suami, lama-lama Winda merasa hidupnya telah berlumur dosa. Soalnya Supandi gak ngerti tembung (gagal paham). Maka beberapa hari lalu dia mendatangi Kantor Pengadilan Agama, untuk menggugat cerai. “Saya mau ganti suami yang punya pengertian.”, ujarnya. Mau ganti suami model tahun berapa Mbak? Yang standar apa sudah pakai asesoris komplit? (JPNN/Gunarso TS)

News Update