ADVERTISEMENT

Lebih 100 Kali Donor Darah, Ternyata Awalnya Kakek Zulkifli Terpaksa

Minggu, 11 Februari 2018 19:34 WIB

Share
Lebih 100 Kali Donor Darah, Ternyata Awalnya Kakek Zulkifli Terpaksa

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Zulkifli Ibrahim merupakan pendonor darah tertua yang tercatat menerima tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial dari Presiden Joko Widodo. Zulkifli meruapakan satu dari 182 warga Jakarta yang menerima penghargaan tersebut dari Presiden di Istana Bogor Desember 2017 lalu. Satyalancana Kebaktian Sosial merupakan anugerah yang diberikan kepada mereka yang sudah lebih dari 100 kali melakukan donor darah. Terbiasa mendermakan darahnya untuk bantuan kemanusiaan, tidak disangka kakek 73 tahun itu awalnya mengaku terpaksa donor darah. Zulkifli terpaksa donor saat harus membuat Surat Izin Mengemudi (SIM) pada 1977. Menurut Zulkifli, saat itu untuk mengambil SIM, seseorang harus melakukan donor darah terlebih dahulu. "Saya sebenarnya dulu tuh nggak ada niat donor darah. Cuma waktu itu, waktu ngambil SIM, itu harus ada donor darah. Jadi saya itu bukannya sukarela, karena dulu tahun 1977 diwajibkan," tuturnya di Balaikota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Minggu (11/2/2018). Setelah merasa terpaksa melakukan donor darah, Zulkifli merasa terpanggil untuk kembali donor darah. Zulkifli mengaku tidak terlalu rutin mendonorkan darah, sehingga di usia yang ke73, dirinya baru melebihi catatan 100 kali donor. Zulkifli menjadi pendonor darah tertua diantara 181 pendonor lainnya asal Jakarta. "Setelah setahun saya merasa ini saya kok sudah donor tapi nggak donor lagi. Akhirnya saya setahun berikutnya donor, tapi nggak (rutin) juga. Saya kan pindah ke Depok, jadi saya ke Jakarta tu agak jarang, cuma saya kantor di TIM. Jadi kadang-kadang ada yang 3 bulan, ada yang 6 bulan juga, kadang-kadang ada yang setahun sekali. Jadi karena itu saya jadi tertua jadinya," terangnya. (Baca:Terima Pendonor Darah Lebih dari 100 Kali, Anies Puji Kinerja PMI DKI) Zulkifli mengaku merasa lebih sehat setiap kali donor darah. Hal itu terlihat dari postur badannya yang tetap terlihat tegap meski di usia senja. Zulkifli berharap generasi berikutnya juga mau berbagi dengan rutin mendonorkan darahnya. "Jadi kepada adek-adek yang masih kecil ini nantinya meneruskan perjuangan kami bisa mmbantu masyarakat. Tidak tahu masyarakat siapa yang mau kita bantu. Ada yang kecelakaan, ada yang melahirkan. Jadi kita mendonorkan darah itu tidak terpaksa, tapi ikhlas. Kita nggak tau siapa saja yang nerima, kita nggak akan tahu," ujar Zulkifli. Penuturan serupa juga disampaikan Edi. Kakek 63 tahun ini mengaku tidak pernah merasa terganggu kesehatannya karena rajin melakukan donor darah. Menurut catatan PMI DKI Jakarta, Edi merupakan pendonor terbanyak dengan mendonorkan darah sebanyak 144 kali sepanjang hidupnya. Edi mengaku melakukan rutinitas terpuji tersebut sejak berusia 20 tahun. "Saya tahun 1980 sudah mulai donor, itu sudah sekitar umur 20 tahun. Sampai sekarang umur 63, sudah 144 kali donor. Kesehatan, sehat semua alhamdulillah, ga ada halangan satu apapun," kata Edi. Jejak Edi juga diikuti oleh Yudi. Jika Edi mulai mendonorkan darahnya sejak usia 20 tahun, Yudi memulai perbuatan mulia itu dua tahun lebih muda dari Edi, yakni di umur 18 tahun. Hal inilah yang membuat Yudi menjadi pendonor darah termuda yang melebihi 100 kali donor darah di Jakarta. "Sungguh bahagia saya temasuk pendonor termuda pada tahunn ini. Saya donor darah pas usia 18 tahun, saya mulai donor darah merah," ucap Yudi. Selain donor darah merah, Yudi juga melakukan donor apheresis. Donor apheresis merupakan donor darah yang hanya diambil bagian dari darah, seperti trombosit. Jika dijumlahkan antara donor darah umum dan donor apheresis, Yudi mengaku sudah melakukan donor sebanyak 155 kali. "Berlanjut ke donor apheresis, donor yang berupa trombosit aja, yang dalam jangka waktu 1 bulan bisa dua kali. Alhamdulillah saya masuk di donor yang ke 155 kali sekarang," ungkap Yudi. Seperti Zulkifli dan Edi, Yudi pun mengaku hidupnya lebih sehat dengan teratur melakukan donor darah. Yudi pun mengajak generasi milenial untuk melakukan aksi kemanusiaan itu. "Harapannya untuk para generasi muda agar bisa meneruskan phlawan kemanusiaan. Dan efeknya dari donor darah itu ialah bikin badan kita sehat, tambah bugar, karena sirkulasi darah kita kan berganti terus tiap bulannya atau per 3 bulannya," pungkas Yudi. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerima 182 orang penerima tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial dari Presiden Joko Widodo di Balaikota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Minggu (11/2/2018). Tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial merupakan penghargaan kepada orang yang telah mendonorkan darahnya lebih dari 100 kali. (ikbal/yp)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT