Terminal Bus Pulogebang ‘Mirip Rumah Hantu’

JAKARTA (Pos Kota) - Baru sekitar dua tahun dioperasikan, Terminal Pulogebang yang diklaim terbesar se-Asean, hanya bagus luarnya saja. Sedangkan di dalam area terminal kumuh dan tidak terawat bak ‘rumah hantu’. "Beginilah kondisinya, Pak," kata Halim, pedagang di kawasan Terminal Bus Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (20/1). ‘Mirip rumah hantu.” Terminal ini menempati lahan seluas 12,6 hektar dengan luas bangunan 5,8 hektar. Suasana kumuh mulai terlihat sejak dari pintu masuk hingga ke dalam bangunan terminal. Mulai dari lantai satu hingga lantai tiga, menuju pelataran bus dalam kota. Kios- kios yang ada di lantai dasar berantakan. Pedagang di dalam menggelar dagangan sembarangan. Dinding ratusan kios tampak belum dipoles dengan baik. Banyak kios kosong dan tidak terawat. Meski siang hari, cahaya sangat redup. Begitu pula di lantai dua. Hampir seluruh kios kosong. Padahal dari segi konsep arsitekturnya sangat indah. Hanya saja tidak terawat. Dengan kondisi itu, jarang penumpang masuk ke dalam terminal."Kebanyakan penumpang menunggu di luar, terutama angkot," kata Ilham, pedagang lainnya. H. Selamat Nurdin, anggota DPRD DKI Jakarta, meminta pengelola lebih profesional. "Seharusnya dengan bangunan sebagus itu bisa menjadi semarak bila dikelola dengan baik," katanya. TERMINAL RAWAMANGUN Sementara itu, sejak kepindahan ke Pulogebang, pedagang di Terminal Bus Rawamangun, nyaris bangkrut. "Wah sepi sekali Mas. Jarang penumpang mau masuk. Mereka lebih senang di luar terminal," kata Lastri, pedagang. Ia menceritakan, sejak tidak lagi dioperasikan untuk bus AKAP, Terminal Rawamangun juga sepi. "Untung masih ada bus DAMRI yang ke Bandara. Jadi masih ada sedikit aktivitas," katanya. (John/jo/ird)