ADVERTISEMENT

Menjadi Biduan Lagu Dangdut Kok Tidak Boleh Goyang Hot

Sabtu, 20 Januari 2018 07:03 WIB

Share
Menjadi Biduan Lagu Dangdut Kok Tidak Boleh Goyang Hot

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

MENJADI biduan lagu dangdut harus pintar goyang hot . Tapi Indah Sagita, 28, ketika melakukan semua itu justru diprotes suami. Celakanya, main sopan malah sepi saweran dan dapur kurang ngebul. Pusing bini dicolak-colek orang, Kusman, 35, pilih cerai saja! Di era gombalisasi ini, jadi penyanyi dangdut kelas papan bawah harus siap dicolak-colek penonton, termasuk juga diraba-raba. Sebab dengan cara ini saweran yang masuk menjadi kenceng. Maka bila goyangannya semakin hot mirip sedang berbuat mesum, justru itu yang disukai penonton. Bagi penonton, biduan dangdut yang main lurus-lurus saja, mending jadi penyanyi orkes kroncong saja. Kusman warga Tandes Surabaya, belakangan ini seperti makan buah simalakama. Dimakan ayah mati, tak dimakan ibu yang mati. Solusinya apa harus diemut saja itu buah simalamakama? Bagaimana mau ngemutnya, wong itu hanya tamsil ibarat. Aslinya seperti apa buah simalakama, dicari sampai ke IPB Bogor juga kagak nemu. Masalah yang bikin bingung Kusman itu adalah kelakuan istrinya, Indah Sagita, yang menjadi penyanyi dangdut di sebuah kafe. Untuk memancing banyak penonton hadir, dia diharuskan membuat gerakan erotis, termasuk siap diraba-raba tangan nakal penonton. Misalnya saja, ketika memberi saweran tidak perlu dibaskom seperti nyumbang orang meninggal, tapi langsung di belahan dada. Di sinilah penonton suka cari kesempatan. Sambil memasukkan uang, jari jemarinya kelayapan nyentuh gunung kembar MMC (Merapi-Merbabu Compleks). Dengan cara itu tiap malam, Sulastri (nama aslinya) bisa bawa pulang uang banyak, untuk hidup sehari-hari. Sebab penghasilan suami yang hanya buruh kasar, sangatlah tidak memadai. Karenanya, agar dapur terus ngebul, di tempat kafe Indah Sagita (nama panggung) harus berani goyang hot dan siap diraba-raba. Awalnya Kusman tak tahu bahwa jadi biduan dangdut di kafe harus seperti itu. Penasaran akan cerita orang, sekali waktu dia nonton istrinya pentas. Ternyata betul! Bininya yang cantik nan seksi itu dicolak-colek penonton yang naik panggung. Tapi Indah Sagita diam saja, sepertinya malah menikmati. Langsung Kusman lemes, “Aduh, bakpaoku isi kacang ijo....”, keluhnya. Maka hari berikutnya Kusman bikin persum (peraturan suami) no. 01/2018 yang diterbitkan awal Januari lalu, tanpa konsultasi DPRD tentunya. Isinya, Indah Sagita tidak boleh goyang seronok di panggung dan saweran wajib dimasukkan ke dalam tabung plastik. Ditetapkan di Surabaya 5 Januari 2018, tetede: Kusman. Menjunjung SK suami tercinta, Indah Sagita alias Sulastri ini benar-benar tak mau lagi dicolak-colek pengunjung, yang mau nyawer cukup dimasukkan tabung plastik. Tapi dampaknya, saweran ngedrop tinggal 10 persen. Bila biasanya semalam bisa bawa pulang Rp 500.000,- kini paling-paling Rp 50.000,- Benar-benar rugi bandar. SK suami menjadikan asap dapur terganggu, bon-bon di warung jadi numpuk. Menghindari krismon berkepanjangan, kembali Indah Sagita tampil seperti sediakala di atas panggung. Prinsip Sulastri, becak saja yang dulu dilarang di Jakarta sekarang boleh masuk, kenapa tangan liar meraba dadaku tidak boleh? Yang penting kan, banyak duitnya, jadi lecek BH-nya. Tentu saja Kusman kaget, ketika istrinya kembali banyak duit. Saat ditanya dari mana asalnya, dia mengaku apa adanya. Nah, ributlah suami istri itu. Lantaran Indah Sagita bersikukuh kembali ke kebiasaan lama, terpaksa Kusman menggugat cerai ke Pengadilan Agama Surabaya. “Duit banyak, tapi “aset”-ku diacak-acak, apa artinya?” kata Kusman. Namanya juga era perdagangan global, Mas. (JPNN/Gunarso TS)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT