Stadion Cibinong, Bekas Makam Kramat Jadi Tempat Rekreasi & Olahraga

Minggu 24 Des 2017, 11:24 WIB

KAWASAN jalan lingkar Stadion Pakansari Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, zaman dahulu dikenal cukup angker dan seram. Bahkan, saat matahari sudah terbenam tak ada warga yang berani melewati lokasi itu karena sering kali ada yang `mengganggu`. Saat ini, lokasi itu sudah tak lagi ditakuti oleh warga sejak Stadion Pakansari berdiri megah di lokasi tersebut. Malahan, warga memanfaatkan area yang berada di sekitar Stadion Pakansari untuk rekreasi sekaligus berolahraga. Seperti yang terlihat pada Minggu (24/12/2017) pagi, sejumlah warga tampak sedang asik berolahraga di kawasan sekitaran stadion bertaraf Internasional itu. Warga juga terlihat santai lokasi bekas pemakaman umum yang terdapat makam kramat. Pemindahan makam Mbah Jangkung dari lokasi dekat kawasan Gelanggang Olah Raga (GOR) Pakansari Bogor Rabu (27/4/2016) silam. Namun, saat ini makan tersebut telah dipindahkan karena lahannya digunakan untuk membangun kawasan stadion Pakansari Cibinong, Kabupaten Bogor. "Tempatnya enak untuk olahraga, apalagi kalau apalagi kalau pagi-pagi. Soalnya udara di sini segar banget. Terus kalau mau makan juga gampang, banyak pedagang yang jualan di sekitar stadion," kata Hana, 20, warga Cibinong yang sedang asik berolahraga di lokasi itu. Tempat Rekreasi & Olahraga Bahkan, warga sekitar bersama Pemkab Bogor yang saat itu memindahkan makam yang berada di wilayah Kampung Cikempong RW 05, Kelurahan Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini harus terlebih dahulu melakukan ritual khusus. Ritual yang dilakukan berupa pemotongan kambing berbulu hitam area makam kramat Mbah Jangkung yang dilakukan pada Rabu (27/4/2016) lalu. Tokoh Agama Pakansari, Ustad Atep Miftahudin, saat ditemui poskotanews.com mengatakan, pemotongan hewan kambing hitam itu dilakukan merupakan bagian dari adat warga di wilayahnya saat akan memindahkan makam. "Sebenarnya enggak memotong kambing pun bukan masalah, tapi ini cuma bagian dari adat dan kebiasaan saja," terangnya kepada poskotanews.com. Bahkan, sambungnya, pada zaman dahulu jika akan memindahkan makam yang dikeramatkan itu harus melakukan berbagai macam ritual hingga pemotongan kambing yang berwarna hitam. "Kalau dulu harus pakai kambing hitam, kebetulan kami juga ada kambing hitamnya," kata dia. Dia juga menegaskan, jika kambing yang dipotong oleh warga ini tidak ada satu pun bagian tubuhnya dipendam sebagai sesajen kepada ahli kubur yang bisa berujung pada kemusyrikan. Namun, seluruh bagian tubuh kambing tersebut dibagikan kepada para janda dan anak yatim yang bermukim di sekitar pemakaman itu. "Semua disedekahkan untuk janda dan anak yatim, termasuk kaki dan bagian kepala kambing itu dibawa oleh warga yang menggali kubur untuk dimasak," terangnya. (mo2/sir)

Berita Terkait

News Update