Bill Gates Sebut Pangeran Al Waleed Mitra Penting di Bidang Amal

Rabu 29 Nov 2017, 13:54 WIB

ARAB SAUDI - Pangeran Alwaleed bin Talal dikenal memiliki bisnis dengan Barat. Namun, sepertinya tidak ada yang memberikan dukungan ketika dia ditahan beberapa minggu lalu oleh Komite Antikorupsi Arab Saudi. Alwaleed, yang masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia Arab dengan kekayaan yang mencapai US$ 18,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 253 tiliun, adalah pemegang saham kedua terbesar di Twitter Inc. Dia juga memiliki saham besar di Apple, Rupert Murdoch's News Corp., Citigroup, Four Seasons, Fairmont, dan jaringan hotel Movenpick. "Alwaleed juga investor di layanan kendaraan online Lyft dan Careem, keduanya pesaing Uber di Amerika Serikat dan Timur Tengah," tulis Daily Sabah. Taipan berusia 62 tahun itu memiliki banyak mitra dan telah menginvestasikan duitnya triliunan rupiah di Barat, namun mereka tidak memberikan dukungan sedikitpun ketika dia ditangkap. "Mereka bungkam karena takut mengritik sikap tegas Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang memimpin Komite Antikorupsi." Hanya Bill Gates, salah satu mitra Alwaleed yang berani bicara lantang pada Senin, 27 November 2017. Menurutnya, Alwaleed adalah mitra penting dalam kegiatan amal. "Pangeran Alwaleed adalah mitra penting di yayasan saya untuk membantu anak-anak di seluruh dunia. Kami bekerja bersama-sama menghentikan polio, campak, dan penyakit lain," kata Gates. Pendiri Microsoft Inc. ini menambahkan, Alawaleed memiliki komitmen melakukan kegiatan amal. Sebelumnya pada awal bulan ini, CEO Citigroup, Michael Corbat, menyebut bahwa miliader Arab Saudi tersebut sebagai seorang yang konsisten dan pendukung yang loyal. Sejumlah media melaporkan Alwaleed adalah di antara tahanan kaya Arab Saudi yang disiksa oleh tentara bayaran Amerika Serikat. Menurut sebuah laporan, Alwaleed digantung dengan posisi kepala di bawah untuk menunjukkan sebagai pesan setelah dia bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Arab Saudi  menahan sedikitnya 40 pangeran dan 200 pengusaha serta pejabat Kerajaan pada 4 November 2017 setelah mereka diduga korupsi uang negara.

Berita Terkait

News Update