ADVERTISEMENT

Membangun Jembatan Asmara Membangun Jembatan Desa

Kamis, 30 Januari 2014 09:39 WIB

Share
Membangun Jembatan Asmara Membangun Jembatan Desa

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

DI KAMPUNG, Sekdes merupakan posisi menjanjikan. Seperti Jiman, 40, ini misalnya, meski sudah beristri, membangun asmara di luaran masih ada yang mau. Tapi enak bagi Pak Sekdes, memalukan bagi warga. Sesuai adat kampung, Jiman yang sudah kencani janda Lastri, 35, inipun dipaksa membangun jembatan desa. Sesudah ada UU Desa, jabatan Sekdes sangat menjanjikan bagi orang kampung. Soalnya Pak Carik yang biasanya hanya terima bengkok, kini mendapat gaji bulanan dari negara, dapat pensiun dan punya NIP (Nomer Induk Pegawai) pula. Paling menarik, dia menduduki posisi itu sampai usia 58 tahun, setelah itu baru dipensiun. Padahal Pak Kadesnya, paling lama menjabat hanya 18 taun (3 priode) itu pun kalau dia sukses memimpin desanya. Kalau tidak, satu priode langsung wasalam. Jiman yang jadi Sekdes di Desa Jati Mulyo Kecamatan Dendang, Kab. Tanjung Jabung Provinsi Jambi, sangat menyadari akan kelebihannya. Sayangnya, posisi itu tak digunakan semestinya, melainkan justru untuk menggaet cewek yang sesuai selera hati. Ada janda muda yang mulus bebas dempul, diam-diam didekati. Penampilan Ny. Lastri memang lebih menjanjikan ketimbang istrinya di rumah. Setiap ketemu, Lastri pasti selalu menebar aroma wangi, yang otomatis bisa membangkitkan sejuta gairah lelaki. Beda dengan istrinya di rumah. Sudah tidak mau dandan, bau berambang lagi, karena kebanyakan di dapur. Jadi ibarat listrik PLN, ketemu Lastri voltasenya langsung 220, ketemu istri sendiri ngedrop jadi 110 macam listrik tahun 1960-an. Celakanya, Lastri mau saja dipacari Pak Sekdes yang sudah beristri tersebut. Menikah memang bukanlah target, tapi ”kawin” why not (mengapa tidak)? Soalnya janda muda satu ini memang termasuk penganut aliran ”witing tresna merga atusan lima” (baca: materialiastis). Asal datang bawa oleh-oleh dan pulang ninggali sejumlah uang, ranjang pun segera bergoyang. Seringgit sidua kupang........... Sebetulnya cukup rapi juga Sekdes Jiman mengemas menejemen selingkuhnya. Tapi karena keseringan ”seringgit sidua kupang”, lama-lama warga ada yang tahu. Rupanya Pak Sekdes di malam-malam tertentu suka niru Jokowi, ”blusukan”. Cuma bedanya kalau Gubernur DKI Jakarta itu dalam rangka menuju Jakarta Baru, Pak Sekdes malah dalam rangka cari istri baru. Tak jelas sudah berapa kali Sekdes Jiman mblusuk membangun asmara, tahu-tahu Lastri dilaporkan warga kepada Kepala Desa. Diapun segera dipanggil dan diinterogasi. Awalnya dia mengelak. Tapi setelah diancam, akhirnya Lastri mau buka kartu bahwa Pak Sekdes sudah biasa berselingkuhria dengannya. Berapa kali? ”Walah, saya nggak pernah bawa kalkulator Pak!” kata Lastri. Pak Sekdes awalnya juga mau jadi RM Jaya Endha (berkelit), tapi Lastri sudah kadung ngablak begitu. Untung Pak Kades cukup bijaksana. Karena perselingkuhan itu hanya berdasarkan pengakuan, bukan kepergok langsung saat eksekusi, Sekdes Jiman hanya dikenakan sanksi adat kampung, yakni bikin jembatan. Jembatan gantung di atas sungai Batanghari? Bukan, hanya jembatan desa  di atas kali selebar 3 meter. Daripada keriernya habis, terpaksa Jiman menyanggupi. Bangun pelan-pelan, dengan anggaran multiyears. (BJ/Gunarso TS)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT