Gelombang Tinggi, Nelayan Jakarta Tak Melaut

Rabu, 8 Januari 2014 21:57 WIB

Share
Gelombang Tinggi, Nelayan Jakarta Tak Melaut
KEPULAUAN SERIBU (Pos Kota) – Gelombang tinggi disertai angin kencang yang akhir-akhir ini melanda perairan Utara Jakarta, membuat ratusan nelayan menjerit. Pasalnya mereka tak berani melaut, karena jika memaksakan diri resikonya sangat besar sehingga mereka terpaksa hanya di rumah. Seperti yang diungkapan oleh Roy,37, salah seorang nelayan yang berada di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu Selatan. Dia mengaku,tidak berani melaut lantaran anginnya kencang sertai gelombang besar yang tidak bisa diprediksi. "Memang sejak sepekan terakhir ini, kondisi cuaca yang tidak menentu membuat kita para nelayan enggan melaut," ungkap Roy. Di jelaskan oleh Roy, angin kencang disertai gelombang ini membuat dirinya dan para nelayan yang ada di Kepulauan Seribu khususnya Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, nyalinya ciut untuk pergi mencari ikan di tengah laut. Oleh karena itu, ia lebih memilih untuk melakukan aktifitas lainya seperti memperbaiki jala, perahu yang digunakan untuk melaut dan sejumlah peralatan lainya untuk mencari ikan. “Dari pada kenapa-napa nanti lebih baik, mending sekarang beres-beres peralatan untuk mencari ikan,” katanya. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Jaja,31 nelayan lainnya, ia mengaku mengaku sudah puluhan tahun menjadi nelayan, tapi kali ini  dirinya tidak berani mencari ikan ditengah laut lantaran, gelombang yang ada saat ini cukup tinggi. Oleh karena itu dirinya memilih berdiam didaratan ketimbang harus mecari ikan ditengah laut. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, kata Jaja dirinya hanya mengandalkan sisa tabungan yang ia kumpulkan selama ini. Tidak hanya itu, sisa tangkapan ikan sebelum terjadi cuaca buruk juga masih ada sehingga ia tidak khawatir dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarga. "Jika kita tetap memaksakan diri melaut, sangat bahaya untuk sementara waktu ini menunggu cuaca normal saya istirahat di rumah saja karena dirumah juga masih ada persediaan ikan untuk dimakan sehari-hari untuk keluarga," pungkasnya. Sementara itu Lurah Pulau Tidung Husnul Fauzi, ketika dikonfirmasi Pos Kota Rabu (8/1) mengakuinya. Menurutnya, memang semenjak bulan Nopember 2013 hingga saat ini memang cuaca di perairan Kepulauan Seribu sangat buruk karena angin kencang disertai ombak besar. “Memang cuaca buruh ini memaksa para nelayan yang ada di Pulau Tidung sekitar 200 hingga 300 nelayan tidak berani melaut. Saat ini mereka rata-rata beralih profesi sebagai pemandu wisata dan menyewa-nyewakan kapalnya kepada wisatawan,”kata Husnul Fauzi. Ditambahkan oleh Lurah, memang saat ini ada beberapa nelayan yang memaksakan diri untuk melaut. Meski begitu mereka juga harus kucing-kucingan dengan cuaca, jikapun ada mungkin para nelayan tidak berani ke tenggah. NELAYAN CILINCING Kondisi serupa juga dialami oleh nelayan Cilincing, Jakarta Utara, para nelayan yang ada di wilayah itu juga tidak berani melaut. Ini juga dikarenakan  cuaca buruh dan gelombang besar setinggi hampir tiga meter. Untuk memenuhi kebutuhan sehari mereka memilih mencari kerang hijau. "Kalau cuaca seperti ini kami lebih memilih mencari kerang hijau, sebab kalau dipaksakan untuk mendapatkan ikan akan berisiko buat kami" kata Fandi 45, nelayan Marunda. Senada disampaikan Sueb Magbud, 50, Ketua Nelayan Marunda bahwa para nelayan tangkap ini tak ingin mengambil resiko jika memaksakan diri untuk melaut mencari tangkapan ikan. "Kalau untuk mencari kerang hijau jarak tempuhnya hanya 1,5 KM dari bibir pantai, tapi kalau mencari ikan jaraknya 1 mil. Makanya mereka memilih mencari kerang " ujarnya. Ditambahkan Sueb Mugbuh, untuk mendapatkan kerang hijau lebih mudah dibandingkan dengan tangkapan ikan. Jika kerang hijau dijualkan perkilonya Rp 5 ribu. Namun untuk kerang tanpa kulitnya dijual seharga Rp 15 Ribu. "Kalau tanpa kulit, kerangnya harus dikupas dan direbus dulu, kalau harganya ingin mahal," ujarnya. (wandi/d)
Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar