Kelahiran Mao Tetap Dikenang

Senin 23 Des 2013, 11:22 WIB

BEIJING -  Ulang tahun mendiang Mao Zedong pada 26 Desember merupakan peristiwa penting dan unik bagi China. Ketua Mao masih belum bisa dilupakan sama sekali oleh pemerintah maupun rakyat China. A visitor stands in front of a statue of China's late Chairman Mao Zedong made of gold, jadeite and diamond during an exhibition in Shenzhen China mengabadikan Mao Zedong dalam patung emas bertatahkan berlian seberat 50 kg.  - Reuters Pendiri Republik Rakyat China itu meninggal 9 September 1976 namun tampaknya dia belum 'mati'. Demikian BBC Seksi Chinese dalam laporan khususnya. Partai Komunis yang berkuasa menggunakan hari kelahirannya, sama seperti yang ke-100 dan yang ke-110, untuk membantu menahan menipisnya legitimasinya. Students hold portraits of China's late Chairman Mao during a commemorative event ahead of the 120th anniversary of Mao's birth, at a university campus in Taiyuan Sebagian warga China masa kini menggambarkannya sebagai Diktator, sebagian lainnya sebagai Tuhan - Reuters. Namun peringatan ke-120 tahun ini berlangsung pada masa yang sensitif di China, ketika generasi baru para pemimpin baru berkuasa setahun lebih. Juga bersamaan dengan semakin meningkatnya perbedaan pendapat atas peninggalannya, yang sebelumnya tidak terjadi. Fotonya yang amat besar mendominasi Lapangan Tiananmen di Beijing dan tampaknya masih belum akan diturunkan dalam waktu dekat. Dia sama dengan George Washington di Amerika Serikat, sebagai pendiri Parta Komunis dan pemersatu China. Demikian menurut BBC seksi China. PERBEDAAN PENDAPAT Di era China masa kini, beberapa pihak menyebut Ketua Mao sebagai diktator karena kekerasan yang terjadi pada masa kepemimpinan, yang menyebabkan jutaan rakyat China mati. "Namun sebagian lain memujanya hampir seperti Tuhan". Era internet telah membuat perdebatan semakin ramai dan ketika Partai Komunis juga sedang berjuang untuk menghadapi pertarungan dalam upaya mendominasi pendapat umum. Xi Jinping - pemimpin yang baru berkuasa setahun lebih - masih dalam proses konsolidasi kekuasaan dan menghadapi tantangan yang lebih besar dibanding pendahulunya dalam menjamin kekuasaan partai tunggal. Dalam konteks politik, seperti dituturkan sejarawan China, Yu Yingshi, Mao merupakan pemimpin kuat dan bahkan dianggap lebih kuat dari Stalin. "Legitimasinya melemah ketika Deng Xiaoping mengambil alih. Namun Cina kini tidak memiliki politisi yang kuat," tambahnya. Bagaimanapun China saat ini -yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia - sudah berjarak jauh dengan masa Mao dulu. TIDAK BERGANTI WARNA Visi dan cita-cita Mao, antara lain kesetaraan untuk semua orang, sudah diabaikan dan partai yakin bahwa cengkraman kekuasaan tergantung pada pembangunan ekonomi. Ulang tahun Mao masih terlalu besar untuk diabaikan Xi Jinping. Sejarawan China lain, Zhang Lifan, mengatakan bahwa tetap saja Mao perlu dilindungi oleh para pemimpin China modern. "Generasi pemimpin China ingin mempertahankan rezim. Untuk itu mereka harus mempertahankan Mao." Setelah merebut kekuasaan, Xi Jinping memperlihatkan isyarat terbuka bahwa dia memuja Mao, antara lain dengan kunjungan ke sebuah desa tempat Mao memerintahkan Tentara Pembebasan Rakyat menyerbu Beijing tahun 1949. Dalam kunjungan itu, dia berjanji 'bangsa kita yang merah tidak akan pernah berganti warna'. Namun Xi sebenarnya tidak menghidupkan kembali ajaran Mao, seperti dijelaskan Sydney Rittenberg, warga Amerika Serikat yang berusia 92 tahun yang pernah tinggal di China selama 35 tahun di zaman Mao. "Kebijakan reformasi Xi Jinping secara langsung menentang ekonomi Maoisme," tuturnya kepada BBC Seksi China. Peringatan ulang tahun Mao yang ke-120 tampaknya menjadi dilema bagi Xi Jinping. Jika dilakukan secara besar-besaran akan makin memperbesar perbedaan pendapat umum tentang Mao. Rencana perayaan di Balai Rakyat di Lapangan Tiananamen, Beijing, pada tanggal 26 Desember sudah 'disederhanakan'. Semakin meningkat perbedaan pendapat tentang Mao di kalangan rakyat China. Sebelumnya diberi judul 'Matahari paling merah jika Ketua Mao disayang' namun diganti menjadi "Untuk Ibu Pertiwi'. Bagaimanapun ulang tahun Mao masih terlalu besar untuk diabaikan Xi Jinping dan Ketua Mao tetap 'hidup' di Cina, 37 tahun setelah kematiannya. - bbc/d

News Update