ADVERTISEMENT

Sulitnya Memprediksi Bisnis Alat Musik

Kamis, 24 Oktober 2013 07:17 WIB

Share
Sulitnya Memprediksi Bisnis Alat Musik

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

BERDAGANG alat musik, sulit memprediksi perolehan keuntungan setiap hari ataupun bulannya karena konsumennya sangat terbatas. Seperti pengakuan Aan, pedagang alat musik di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Terkadang barang jualan laku cepat tepi seringnya menunggu berbulan-bulan. Sering ‘paceklik’. “Kalau pelajar sedang liburan semesteran, memang banyak yang belanja peralatan musik. Mungkin untuk mengisi liburan atau bisa juga hadiah dari orangtua karena nilai raportnya bagus,” ucap pria 40 tahun itu, kemarin. Begitu pula pengakuan Ahmad Rizal, pedagang alat musik di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur. “Kalau kami setiap hari gak tentu. Kadang laku, kadang juga nggak. Ya tergantung rejeki aja. Kalau lagi ada rejeki kami bisa jual tiga sampai empat alat musik misalnya gitar,” ujarnya. HARGA BERVARIASI Menurut lelaki 35 itu, alat musik yang ia jual kiriman dari Solo, Jawa Tengah, dan Bandung atau dari produsen sekitar Jakarta. ”Alat musik seperti gitar dan drum dari luar kota semua. Yang dari Jakarta hanya kecil-kecilan seperti drum mini yang biasa dipakai untuk ngamen.” Harga alat musik yang ia jual bervariasi, tergantung jenis dan kualitas barangnya. Seperti: • Gitar paling murah Rp125 ribu-Rp600 ribu • Gitar listrik bekas Rp1,5 juta • Gitar listrik baru Rp3 jutaan • Drum mini Rp400 ribu • Drum junior Rp650 ribu. Sedangkan harga alat musik marawis berlapis batik Rp2,8 juta, polos Rp2,5 juta dan ukir produksi Bumiayu, Jawa tengah Rp4 juta, Menurut mereka, alat musik yang paling laris, khususnya dibeli konsumen para remaja adalah gitar dan drum mini. Karena harganya dianggap terjangkau semua pihak. Juga, mudah digunakan. (percoyok/ak) Foto ilustrasi

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT