ADVERTISEMENT

Air Tebu Memang Manis Sopir Truk Tebu Apa Manis?

Kamis, 17 Oktober 2013 12:24 WIB

Share
Air Tebu Memang Manis Sopir Truk Tebu Apa Manis?

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Bahwa air tebu itu manis, tak ada yang membantah. Tapi orang yang profesinya jadi sopir truk tebu, apa juga manis? Belum tentu. Yang jelas, Tumi,  35, rela tinggalkan suaminya yang buruh galian pasir, karena cintanya diborong oleh Joko, 40, yang profesinya jadi sopir truk tebu PG Panji (Situbondo). Di era Orde Baru mendikotomikan (mempertentangkan) sipil dan ABRI dilarang keras. Sebab semuanya punya kewajiban sama, mengisi kemerdekaan. Cuma TNI-AD yang dianak-emaskan oleh Pak Harto, itu lain soal, karena itu hak prerogratif presiden. Jadi meski semua lembaga negara dari lurah sampai gubernur diisi TNI AD, orang tak bisa protes. Sebab mengkritik Orde Baru terlalu keras, orang bisa di Ali Sadikinkan (Petisi 50). Sumber rejeki disumbat, kegiatan selalu dihambat. Di era reformasi, orang mendikotomikan siapa atas siapa, boleh saja. Maka jangan heran, Tumi yang hanya warga desa biasa, berani mendokotomikan suaminya yang buruh penggali pasir, dengan lelaki lain yang kerjanya jadi sopir truk tebu. Jelas nggak nyambung, pasir yang ngeres di mata masak mau disamakan dengan air tebu yang manis yang menyembuhkan sejuta dahaga. ”Andaikan bisa, aku memilih jadi istri sopir truk tebu sajalah,” begitu kata Tumi sekali waktu. Dari segi penghasilan, jelas lebih menguntungkan sopir truk. Ditilik dari segi tongkrongan, sepertinya Joko ”tangkringan”-nya juga sangat menjanjikan. Maka ketika sopir PG Gula Panji Kab. Situbondo ini ada indikasi menaruh hati padanya, langsung saja bilang: lha nggih mangga (silakan). Selanjutnya keduanya suka pergi bareng, keluar masuk losmen untuk eksekusi setelah membangun koalisi. Enak bagi Joko – Tumi, tapi sangat menyakitkan bagi Drono, 38, suami Tumi. Dua kerja banting tulang sampai seperti Raden Ontorejo (masuk ke galian pasir yang dalam) dari Njangkarbumi, eh istrinya dibawa-bawa orang hanya untuk ”didalemi” di kamar hotel. Paling menyakitkan, sejak kasmaran dengan manisnya sopir truk tebu, Tumi tak lagi mengurus rumah, termasuk masak. Jadi urusan perut sama yang di bawah perut, bagi Drono sama kacaunya. Lelaki warga Desa/Kecamatan Mangaran ini mangar-mangar (merah padam) mukanya demi diberi tahu tetangga bahwa pagi tadi Tumi diajak naik truk tebu oleh Jokoteb (kepanjangan Joko Tebu). Dia terus mencari tahu ke mana saja pasangan mesum itu bergerak. Demi ada info ”Rama – Sinta” ini meluncur di jalan raya Panji langsung saja dia mencegatnya dengan menutup jalan. Tentu saja truk yang dikemudikan Jokoteb ini harus berhenti. ”Medhun, nek nyata padha lanange (turun bila memang kita sama-sama lelaki),” tantang Drono. Sudah kepalang basah dan tertangkap basah, Jokoteb pun hendak meladeni tantangan berkelahi tersebut. Untung sebelum keduanya berbaku hantam, segera dicegah oleh warga dan polisi yang kebetulan melintas. Keduanya dibawa ke Polsek Kepongan. Tapi karena masa yang pro Drono makin membludak, terpaksa keduanya dipindahkan ke Polres Situbondo. Polisi menjerat keduanya dengan pasal perzinaan. Tumi kena bonggol tebu Joko jadi lupa segalanya. (TN/Gunarso TS)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT