ADVERTISEMENT

Tren Remaja AS : Mati-matian Diet Sampai Paha Renggang

Kamis, 10 Oktober 2013 23:23 WIB

Share
Tren Remaja AS : Mati-matian Diet Sampai Paha Renggang

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

INI tren terbaru yang tengah menggila di kalangan remaja AS. Mereka terobsesi mendapatkan tubuh ramping,  menurunan berat badan untuk meniru model yang mereka lihat di majalah, dengan standar renggang di antara dua pahanya.  Dalam bahasa gaul mereka disebut “thigh gap”. Thigh Gap03Pamer foto di jejaring sosial setelah sukses mendapatkanpaha renggang atau "tigh gap" Maksudnya, mereka melakukan diet keras sampai paha ramping, sebegitu rampingnya, sehingga ketika dua paha berdiri tegak,  tidak bersentuhan antara kaki kiri dan kanan. Para ahli mengatakan para remaja yang terobsesi itu akan menebus dengan cara apa saja untuk mendapatkan paha ramping yang diinginkannya, bahkan menyebabkan gangguan makan, depresi dan bunuh diri . Sedangkan mereka yang berhasil memperoleh thigh-gap segera memamerkan di foto jejaring sosial, seperti Pada Tumblr, Pinterest dan Facebook. Kini foto-foto "renggangan dua paha" dalam : close-up  berlimpah, sebagai pameran suatu prestasi ‘thigh-gap’. Atau sebaliknya meratapi mereka yang gagal mengikis lemak. "Kerenggangan pahaku sangat besar, " sesumbar pengguna Tumblr seraya memamerkan fotonya. Pengguna lain, sesama pelaku diet, mengatakan: "Bersama kita bisa menurunkan berat badan. Bersama kita bisa kurus . . " "Bersama kita bisa menjadi ukuran nol dengan celah paha indah dan perut rata . Bersama kita bisa bahagia dan akhirnya mengatakan bahwa kita mencintai tubuh kita, " begitulah janji jabatannya . Para ahli mengatakan obsesi dengan bentuk kaki bukanlah hal baru , tetapi telah secara dramatis diperkuat oleh situs media sosial dan pengaruh media “24/7” ( maksudnya 24 jam/7 hari dalam seminggu) yakni di internet, jejaring sosial pada kehidupan remaja Amerika . Psikolog klinis Barbara Greenberg memperingatkan bahwa bagi kebanyakan wanita, memperoleh “thigh –gap” atau "paha renggang" adalah mimpi. Bahkan ketika harus dicapai dengan diet dan olahraga ekstrim. "Kebanyakan wanita tidak dibangun seperti itu untuk memiliki ruang antara paha mereka, " katanya . "Ini adalah masalah struktur tulang, yang mayoritas perempuan tidak memilikinya, " jelasnya Kepada para remaja  Barbara Greenberg menyarankan agar mereka mengobsesikan yang realistis. Sebab, obsesi “thigh-gap” alias paha renggang yang berlebihan bisa berbahaya,  menyebabkan gangguan makan yang parah, kerusakan tulang dan otak yang berkepanjangan, serta menimbulkan depresi. Bahkan memicu perilaku bunuh diri,  . Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan asupan harian sekitar 2.500 kalori untuk mendukung kebutuhan energi para gadis remaja yang sedang tumbuh . Shannon Snapp,   sosiolog di University of Arizona, menyalahkan majalah, film dan televisi untuk menyebarkan tubuh "ramping ideal" yang bernada mendesak agar para pembaca mengikutinya. "Gadis-gadis remaja yang paling mungkin merasakan tekanan untuk melihat cara tertentu. Karena mereka sedang melewati masa pubertas  dan untuk pertama kalinya, dibandingkan dengan wanita dewasa, " tambahnya . Dengan kalimat senada, Natalie Boero, sosiolog  San Jose State University mengatakan terobsesi  menjadi kurus  merupakan bagian dari "mencari penerimaan lingkungan/sosial dan bagaimana menyesuaikannya" "Gadis-gadis belia menyadari bahwa dalam budaya seksis dan sizeist, tubuh mereka adalah ‘mata uang’ mereka. Dan mereka mencari sesuatu untuk meningkatkan nilai sosial yang dirasakannya, " tambahnya. Sosiolog juga mengatakan ada kecenderungan jelas yang menghubungkan ukuran tubuh dengan status sosial. Abigail Saguy, seorang ahli citra tubuh di University of California, Los Angeles, mengatakan: "Mencapai bentuk tubuh yang ramping adalah sinyal status sosial elit, “ katanya. "Kegemukan bisa memprediksi status sosial pemilik (tubuhnya) yang (berstatus sosial) rendah" (TST/d)  

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT