ADVERTISEMENT

Petani Tebu : "Gantung Menteri Perdagangan !"

Selasa, 17 September 2013 19:47 WIB

Share
Petani Tebu :

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA (Pos Kota) –  Ribuan petani tebu berunjukrasa di Kantor Kementrian Perdagangan RI, Jl. Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat. Dalam aksinya para petani yang kecewa itu sempat menghambur-hamburkan 10 Kg gula pasir impor dan menginjak-injaknya. Mereka menilai, gula impor itu akan mematikan kehidupan petani tebu di seluruh Indonesia. Aksi sekitar 2.000 orang petani tebu dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) diwarnai aksi penutupan Jalan Ridwan Rais, yang menyebabkan kemacetan lalulintas  di sekitar Tugu Tani hingga Hotel Borobudur. Mereka menuntut Mendag Gita Wirjawan menekan importasi gula rafinasi. Sayangnya, menteri yang kantornya di demo sedang tidak ada di tempat karena sedang mendampingi Presiden SBY, demikian pula Wamendag Bayu Khrisnamurti sedang di luar kantor. “Gantung Menteri Perdagangan! ” teriak Ketua APTRI Sumitro, yang menjadi kordinator aksi unjukrasa itu di depan Kantor Kementrian Perdagangan, Selasa (17/9). Teriakan itu pun disambut gemuruh para petani. “Menteri Perdagangan telah memberikan izin impor dan mendirikan pabrik gula rafinasi. Itu sama saja dengan penjajahan baru, dan membunuh rakyat sendiri,”ujar Sumitro lagi. Menurutnya, sekarang ini banyak gula impor membanjiri pasar, sehingga mematika usaha tebu rakyat. Kekecewaan para petani kepada terhadap kebijakan  Mentri Perdagangan yang mudah memberikan izin impor gula  ditandai dengan dihamburkannya sekitar 10 kilogram gula impor. Mereka pun secara bersama-sama menginjak-injak gula itu. “Akibat gula impor ini, harga gula kami di tempat lelang anjlok. Kami sangat dirugikan,”tandas Sumitro. Menurutnya, para petani tebu di Indonesia berharap Mendag Gita Wirjawan mau berpihak kepada para petani dan tidak mengijinkan beredarnya gula impor rafinasi. “Bila Menteri Perdagangan tidak menekan gula impor, yang jadi korban petani tebu,”ujarnya. GULA RAFINASI Asrori, pengunjukrasa asal Jombang Jawa Timur mengatakan pemerintah nampaknya selama ini menutup mata terhadap beredarnya gula impor rafinasi. “Jadi, percuma saja kami menanam tebu dan memproduksi gula, kalau pemerintah terus menutup mata. Gula impor telah mematikan kesejahteraan petani,”ujarnya. Gula rafinasi itu berasal dari raw sugar (gula mentah) yang diimpor para importir swasta. Raw sugar itu kemudian diolah menjadi gula pasir putih. Semestinya, raw sugar itu bukan untuk dijadikan gula pasir, tetapi dipakai sebagai pemanis, misalnya untuk produk permen atau makanan yang butuh pemanis. Namun, belakangan fungsi gula mentah itu dijadikan gula rafinasi berupa gula pasir putih, sehingga menjadi pesaing dari gula pasir yang berasal dari tebu dan mengancam keberadaan perkebunan tebu rakyat. Para pengunjuk rasa dalam aksinya itu  menyerukan beberapa tuntutan kepada Menteri Perdagangan, yakni menyetop peredaran gula rafinasi di pasar konsumsi, audit distribusi gula rafinasi, cabut izin raw sugar, dan menyetop penyelundupan gula ilegal. Selain menyampaikan tuntutan, mereka juga mengelukan kondisi pabrik gula kristal putih yang kondisinya tidak layak. Kondisi itu berbanding terbalik dengan pabrik gula rafinasi yang berbahan baku raw sugar impor, dimana pabrik gula rafinasi itu terus berkembang dengan kondisi mesin baru. Sumitro mengatakan, tahun 2012 lalu ada delapan pabrik gula rafinasi yang berdiri, dan tahun 2013 ini empat pabrik gula rafinasi baru telah berdiri lagi. “Ini jelas akan mematikan  petani tebu,”tegasnya. Para pengunjukrasa, setelah mengetahui tidak ada Mendag dan Wamendag di kantornya, kemudian menuju ke Kantor Kementrian BUMN, untuk melakukan unjukrasa yang sama. (bambang/d)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT